CANDI BROBUDUR

VALIDITAS



A.      PENGERTIAN VALIDITAS
Menurut Miller (2009: 70) validitas adalah kecukupan dan kesesuaian interpretasi dan  menggunakan  hasil  penilaian.
 Dalam  beberapa  tahun  terakhir,  pemahaman  kita tentang validasi juga mencakup evaluasi kecukupan dan kesesuaian penggunaan dari hasil penilaian, kemudian diperluaslah pandangan tentang validitas yang mengarah ke fokus pada konsekuensi dari penggunaan hasil penilaian. Bila diterapkan pada seperangkat nilai tes, validitas mengacu pada konsistensi (akurasi) dengan skor yang mengukur kemampuan kognitif. Menurut Robert & David (1991) ada dua aspek validitas, yaitu apa yang diukur dan seberapa konsisten hal tersebut diukur, sedangkan menurut Nitko (2011: 35) validitas adalah tingkatan interpretasi dan penggunaan hasil  penilaian  siswa.  Untuk  memvalidasi  interpretasi  dan  penggunaan  hasil  penilaian siswa, Anda harus menggabungkan bukti dari berbagai sumber yang menunjukkan interpretasi dan penggunaan yang tepat. Anda juga harus menunjukkan bahwa siswa tida k mengalami  konsekuensi  negatif  yang  serius  ketika  hasilnya  digunak an  sesuai  dengan keinginan Anda.
Validitas   adalah   pengukuran   seberapa   tepat   instrumen   atau   alat   ukur   yang digunakan. Validitas instrument test adalah penggunaan item test untuk mengukur apa yang seharusnya diukur  (Allen & Yen, 1979:95).Suatu tes dalam penelitian  dinyatakan valid berdasarkan validitas fakta. Kemudian validitas fakta ini dapat diperoleh melalui validitas isi, validitas konkuren dan validitas kontrak (Abel & Frisbie, 1986 : 90). Validitas bukanlah suatu ciri atau sifat yang mutlak dari suatu teknik evaluasi; ia merupakan suatu ciri yang relatif terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat test. Teknik yang sama dapat digunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda, dan validitas yang dapat berbeda-beda dari yang tinggi kepada yang rendah, bergantung pada tujuan. Oleh karena itu, validitas harus ditentukan dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dengan alat evaluasi itu.Sebuah tes dikatakan valid (sahih) apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
B.       PRINSIP VALIDITAS
Menurut  Messick  (dalam  Nitko,  2011:  35)  ada  4  prinsip  validasi  yang  akan membantu kita untuk menentukkan bagaimana tingkat kevalidan suatu hasil penilaian. Dasar kevalidan suatu hasil penilaiana harus memenuhi keempat prinsip tersebut, tidak hanya salah satu dari keempat prinsip tersebut. Keempat macam prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Interpretasi  (interpretation)  yang  kita  berikan  terhadap  asesmen  siswa  hanya  valid terhadap  derajat  yang kita arahkan  ke suatu  bukti  yang mendukung kecocokan  dan kebenarannya.
2.        Kegunaan (use) yang bisa kita buat dari hasil asesment hanya valid terhadap derajat yang kita arahkan ke suatu bukti yang mendukung kecocokan dan kebenarannya.
3.        Interpretasi dan kegunaan dari hasil asesment hanya valid ketika nilai (values) yang dihasilkan sesuai.
4.        Interpretasi   dan   kegunaan   dari   hasil   asesment   hanya   valid   ketika   konsekuensi(consequences) dari interpretasi dan kegunaan ini konsisten dengan nilai kecocokan.

C.      SIFAT-SIFAT  VALIDITAS
Menurut  Miller  (2009,  72)  saat  menggunakan  validitas  dalam  kaitannya  dengan pengujian dan penilaian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.        Validitas  mengacu  pada  ketepatan  interpretasi  (penafsiran)  dan  digunakan  untuk membuat hasil dari prosedur penilaian untuk kelompok dari individu tertentu bukan dari prosedur itu sendiri. Kita kadang berbicara tentang validitas dari sebuah tes” untuk mudahnya tetapi lebih tepatnya membicarakan         validitas     interpretasi      dan menggunakannya untuk membuat sebuah hasil.
2.         Validitas adalah sebuah masalah yang bertingkat, akibatnya kita harus menghindari memikirkan hasil penilaian yang valid atau tidak valid. Validitas dianggap sebagai hal yang terbaik dalam hal menentukan sebuah tingkatan kevalidan, seperti validitas yang tinggi, validitas sedang dan validitas rendah.
3.        Validitas selalu spesifik untuk beberapa penggunaan tertentu atau interpretasi untuk populasi tertentu dalam tes. Tidak ada penilaian yang valid untuk semua tujuannya. Misalnya, hasil dari tes matematika mungkin mempunyai tingkat validitas yang tinggi untuk menunjukkan kemampuan komputasi, tingkat validitas yang rendah untuk menunjukkan kemampuan penalaran matematika, tingkat validitas yang sedang untuk memprediksi keberhasilan dalam mata pelajaran matematika di masa depan, dan pada dasarnya tidak ada validitas untuk memprediksi keberhasilan dalam seni atau musik. Ketika menunjukkan kemampuan komputasi, tes matematika mungkin juga mempunyai tingkat validitas yang tinggi untuk siswa tingkat tiga dan empat tetapi rendah untuk siswa tingkat dua atau lima. Dengan demikian, ketika menilai atau menggambarkan validitas perlu untuk mempertimbangkan interpretasinya. Hasil penilaian tidak pernah hanya  valid,  mereka  memiliki  tingkat  yang  berbeda  dari  validitas  untuk  setiap interpretasi tertentu yang akan dibuat.
4.         Validitas merupakan satu kesatuan sebuah konsep. Sifat konseptual validitas biasanya telah digambarkan untuk profesi pengujian diseperangkat standar yang disiapkan oleh panitia bersama anggota dari tiga organisasi profesional yang terutama berkaitan dengan pendidikan dan psikologis dalam pengujian dan penilaian.
5.        Validitas  melibatkan  keseluruhan  penilaian.  Hal  ini tentuya  membutuhkan  evaluasi, sejauh mana interpretasi dan penggunaan hasil penilaian dibenarkan oleh bukti pendukung dan konsekusensi dari interpretasi serta kegunannya.

D.      JENIS-JENIS VALIDITAS
Tiga jenis utama pembuktian validitas menurut Allen dan Yen (1979: 95)
1.        Validitas Isi (Content Validity)
Menurut Allen dan Yen (1979: 95) validitas isi ditetapkan melalui analisis rasional isi dan penentuannya didasarkan pada penilaian subjective individu atau penilaian ahli (expert judgment). Untuk mengetahui validitas isi dari sebuah instrumen dapat digunakan lembar validasi instrumen yang selanjutnya diserahkan kepada para ahli untuk diisi dan diberi masukan.
 Ada dua jenis utama validitas isi yaitu validitas tampilan dan validitas logis (Allen dan Yen, 1979: 95). Tujuan yang dipertimbangkan dalam validitas isi adalah untuk menentukan sejauh mana   satu set penilaian menyediakan sampel yang relevan dan representatif (Miller, 2009: 75).
a.        Validitas Tampilan (Face Validity)
Validitas tampilan (face validity) diperoleh ketika seseorang melakukan pemeriksaan terhadap item-item tes dan menyimpulkan bahwa tes tersebut mengukur aspek yang relevan. Kesimpulan ini dapat diperoleh oleh siapa saja walaupun tentu tidak semua orang  setuju.  Validitas  tampilan mungkin  cukup  untuk  membenarkan  penggunaan beberapa tes.
b.        Validitas Logis
Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas logis lebih canggih dibandingkan dengan validitas tampilan. Validitas ini melibatkan definisi yang cermat dari perilaku yang akan diukur dengan tes dan desain logis dari item agar bisa mencakup semua bidang penting dari domain ini. Validitas logis sangat berguna dalam pengembangan tes prestasi. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkutan. Berdasarkan validitas logis, maka suatu instrumen dikatakan valid jika cakupan item-item dari instrumen merupakan sampel yang reprensentatif bagi seluruh item yang mungkin dibuat.
2.        Validitas Konstruk (Construct Validity)
                        Validitas konstruk merupakan validitas yang paling baru dikembangkan. Validitas konstruk adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana suatu tes mengukur sifat atau konstruk teoritik yang hendak di ukur (Allen dan Yen, 1979: 108). Dengan  kata lain, validitas konstruk merujuk pada kualitas alat ukur yang dipergunkan apakah sudah benar-benar menggambarkan konstruk teoritis yang   digunakan       sebagai dasar operasional ataukah belum.
Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang berlangsung terus-menerus sejalan dengan perkembangan konsep sifat atau konstruk teoritik yang akan diukur. Prosedur validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi dan batasan mengenai variabel yang akan diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Berdasarkan pada teori mengenai variabel yang diukur, pengembang  tes  membuat  prediksi  tentang  bagaimana  skor  tes  seharusnya  berlaku dalam berbagai situasi. Prediksi ini kemudian diuji. Jika prediksi yang kita gunakan didukung oleh data yang diperolah, maka validitas konstruknya tinggi. Akan tetapi, jika prediksi yang kita gunakan tidak didukung oleh data, maka paling sedikit ada tiga alternatif kesimpulan yang dapat kita peroleh, yaitu: (a) eksperimen cacat, (b) teori salah dan seharusnya direvisi, atau (c) tes tidak dapat mengukur ciri-ciri yang diharapkan. Meskipun menetapkan validitas konstruk adalah sebuah proses  yang tidak berakhir, pengembang tes  dapat  menyajikan  validitas  konstruk  untuk  suatu  tes  dalam  situasi tertentu.
a.        Multitrait-Multimethod
Pendekatan multitrait-multimethod dapat digunakan bilamana terdapat dua trait atau lebih yang diukur oleh dua macam metode atau lebih. Dasar pikiran dalam validasi ini adalah bahwa adanya validitas yang baik diperlihatkan oleh korelasi yang tinggi antara dua pengukuran terhadap trait yang sama oleh dua metode yang berbeda, atau korelasi yang rendah antara dua pengukuran terhadap trait yang berbeda walaupun menggunakan metode yang serupa. Dalam istilah validitas, skala-skala tersebut memperlihatkan adanya validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan (discriminant validity).
b.        Analisis Faktor
Prosedur validasi konstruk juga dapat ditempuh melalui teknik analisis faktor. Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menguji secara empirik huburngan antar butir soal dan untuk menentukan kelompok soal yang saling menentukan sebagai suatu faktor/konstruk yang diukur melalui instrument (Gable, 1986: 85).


Analisis faktor telah dikenal sangat luas di kalangan ilmuwan sosial kuantitatif. Uji ini digunakan untuk memastikan apakah butir-butir tertentu mendukung faktornya dan faktor-faktor mendukung aspek yang diukur. Uji ini menghasilkan sejumlah faktor yang dapat menjelaskan atau menjadi indikator mengenai suatu aspek yang diukur. Faktor tersebut terjadi karena sifat struktural berada dalam satu hubungan. Analisis faktor merupakan kumpulan prosedur matematik yang kompleks guna menganalisis hubungan diantara variabel-variabel dan menjelaskan saling hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Oleh karena itu validitas yang ditegakkan melalui prosedur analisis faktor disebut sebagai validitas faktorial.

3.        Validitas Kriteria (Criterion Validity)

Menurut Allen dan Yen (1979: 97) yang terkait dengan validitas kriteria adalah seberapa baik tes dapat meramalkan kinerja di masa yang akan datang. Menurut Gable (1986: 121) ada  dua  tipe  validitas kriteria yaitu validitas sewaktu dan validitas prediktif
a.      Validitas Prediktif

Validitas ini digunakan untuk memprediksi atau sebagai prediktor bagi kinerja yang akan datang. Validitas prediktif melibatkan skor tes untuk memprediksi perilaku masa depan. Koefisien validitas prediksi diperoleh dengan memberikan tes untuk semua orang yang relevan, menunggu jumlah waktu yang wajar, mengumpulkan skor kriteria, dan menghitung koefisien validitas. 
Misalnya tes seleksi penerimaan  calon mahasiswa baru pada sebuah  perguruan tinggi adalah suatu tes yang diharapkan mampu meramalkan keberhsilan studi para calon mahasiswa dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tesebut pada masa-masa yang akan datang. Berdasarkan nilai-nilai hasil tes yang tinggi (=baik) yang berhasil diraih oleh peserta tes seleksi tersebut, maka mereka dinyatakan lulus dan dapat diterima sebagai mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut; sedangkan para peserta tes seleksi yang yang nilai-nilai hasil tesnya rendah (=jelek), dinyatakan tidak lulus dan kerenanya tidak dapat diterima sebagai calon mahasiswa baru di perguruan tinggi yang bersangkutan.
b.      Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Validitas konkuren diperoleh dari korelasi antara alat ukur dan skor kriteria dalam waktu yang bersamaanKoefisien validitas konkuren adalah hubungan antara tes dan kriteria skor ketika kedua pengukuran diperoleh pada saat yang sama. Koefisien validitas konkuren lebih sesuai untuk nilai tes yang digunakan untuk memperkirakan kriteria bersamaan daripada memprediksi kriteria masa depan.
sebagai contoh Dalam rangka menguji validitas konkuren, data yang mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah dengan hasil tes berdasar pengalaman yang lalu, maka tes yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas konkuren. Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahuai ada/tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama dan tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis korasional  product  moment  dari  Karl  Pearson.  Jika  korelasi  antara  variable  X  (tes pertama)  denagn  variable  Y  (tes  berikutnya)  adalah  positif  dan  signifikan,maka  tes tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas bandingan.

E.       FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS
Menurut Miller (2009: 97) ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut.
1.        Faktor yang berasal dari dalam tes
a.       Arahan  tes  yang  disusun  dengan  makna  tidak  jelas  sehinnga  dapat  mengurangi validitas tes.
b.      Kata-kata  yang  digunakan  dalam  struktur  instrumen  evaluasi  terlalu  komplikasi sehingga sulit dipahami.
c.       Pernyataan   yang   memiliki   makna   ganda   atau   ambigu   dalam   penilaian   akan mengakibatkan misinterpretasi dan membingunkan.
d.      Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tes tidak mencukupi.
e.       Item tes yang digunakan tidak sesuai untuk digunakan sebagai penilaian.
f.       Item tes dikonstuksi dengan jelas.
g.      Tes terlalu pendek.
h.      Pengaturan tingkat kesulitan item tes tidak beraturan.
i.        Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.

2.        Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes
a.       Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
b.      Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan.
c.       Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
d.      Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e.       Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f.       Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang diberikan.

3.        Faktor yang berasal dari jawaban siswa
a.         Beberapa  siswa  mungki  memiliki  tingkat  emosional  yang  tidak  stabil  sehingga berpengaruh pada pekerjaan tugas mereka.
b.        Ada  siswa  yang  mungkin  takut  dengan  situasi  penilaian  sehingga  tidak  bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
c.         Siswa  juga mungkin  tidak  termotivasi  untuk  menunjukkan  kemampuan  terbaik mereka.







BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasrakan pembahasan di atas, maka dapar di simpulkan:
1.    Menurut Allen & Yen (1979: 95) Validitas instrument test adalah penggunaan item test untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
2.    Menurut Miller (2009: 70) validitas adalah kecukupan dan kesesuaian interpretasi dan  menggunakan  hasil  penilaian. 
3.    Menurut Robert & David (1991) ada dua aspek validitas, yaitu apa yang diukur dan seberapa konsisten hal tersebut diukur,
4.    Menurut Nitko (2011: 35) validitas adalah tingkatan interpretasi dan penggunaan hasil  penilaian  siswa.
5.    Validitas terdiri dari 3 jenis, yaitu
a.       Validitas Isi (Content Validity)
b.      Validitas Konstruk (Construct Validity)
c.       Validitas Kriteria (Criterion Validity)
6.    Factor-faktor yang mempengaruhi validitas terdiri dari 3, yaitu
a.       Faktor yang berasal dari dalam tes
b.      Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes
c.       Faktor yang berasal dari jawaban siswa


Daftar Pustaka


Allen,  M.J.  &  Yan,  W.M.  (1979).  Introduction  to  Measurement  Theory.  Monterey,  CA.: Brooks/Cole Publishing Company.

Ebel, Robert L. & Frisbie, David A. (1986). Essentials of Educational Measurement. Englewoodn Cliffs, NJ: Prentice-Hall., Inc.

Gable, Robert K. 1986. Instrument Development in affective Domain. Bostin: Kluwer-Nijhooff Publishing.

Miller, M. David , Linn Robert L &Gronlund Norman E (2009). Measurement and Assesment in Teaching.

Nitko, Anthony J &Brookhart, Susan M. (2011). Educational Assessment of Students. Boston: