CANDI BROBUDUR

Penelitian tindakan kelas



A.      JUDUL
Meningkatkan hasil belajar matematika mellui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan pelatihan strategi kognitif dalam meningkatkan
hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP 6 Yogyakarta.


B.       LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam pendidikan Matematika, guru perlu membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang  bermamfaat  guna menjawab tantangan masa depan. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran matematika guna meningkatkan hasil  belajar  siswa  adalah  model pembelajaran  kooperatif tipe  Numbered  Heads Together (NHT).  Sebagaimana yang dikemukakan oleh  (Ibrahim, dkk, 2000: 28) bahwa untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu  pelajaran tersebut, sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Teknik ini memberikan  kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok kecil dan penomoran pada setiap anggota kelompok, sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas proses belajar  dan saling  membelajarkan  melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan dalam mempertimbangkan jawaban yang benar, dan bertanggung  jawab dalam memecahkan masalah serta saling memotivasi atau berprestasi diantara kelompoknya.
            Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 6 Yogyakarta, pada proses pembelajaran masih ada sebagian siswa memperoleh nilai di bawah 65 dari KKM yang ditetapkan sekolah. Beberapa siswa mengatakan bahwa belajar matematika sangat tidak menarik dan sangat membosankan. Akibatnya siswa menjadi tidak antusias dan mudah bosan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar matematika siswa tidak maksimal. Salah satu alternatif dari masalah diatas yaitu, seorang guru harus mampu memilih model yang cocok diterapkan dalam proses pembelajaran, salah satunya penerapan model pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran numbered heads together (NHT) dan pelatihan strategi belajar diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar, siswa tidak pasif, siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman. Dengan belajar secara kooperatif, tipe NHT dan pelatihan strategi belajar siswa mempunyai pengalaman sendiri untuk langsung menanamkan konsep di dalam memori jangka panjang siswa. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dalam Penerapan model pembelajaran numberd heads together (NHT) dan pelatihan strategi kognitif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta.

C.      RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan  latar  belakang  yang  dikemukakan,  maka  rumusan  masalah secara umum dalampenelitian ini   adalah Bagaimana menerapkan model  pembelajaran  numbered heard together (NHT) dan pelatihan strategi kognitif dalam meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas Kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta ?”.

D.           TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk  dapat  Meningkatkan Hasil Belajar  Matematika Melalui penerapan model pembelajaran numbered heads together (NHT) Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta”.
E.       KAJIAN PUSTAKA
1.        Definisi belajar
Belajar merupakan bagian dari tindakan yang merupakan suatu usaha untuk mendapatkan  kepandaian dan merupakan suatu usaha proses kegiatan yang mengaitkan banyak faktor. Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a.       Gagne (dalam Riyanto: 2010), Belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat di pertahankan selama proses pertumbuhan.
b.      Ernes ER. Hilgard, (dalam Riyanto: 2010), Learning is the process by wihc an activity originates or is  charged thought training procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya, (seorang dapat dikatakan belajarkalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga bersangkutan menjadi berubah).
c.       Degeng, (1998: 3), Belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada stuktur kognitif yang sudah di miliki si belajar.

Hamalik (2007: 27) menyajikan dua definisi yang umum tentang belajar yaitu:
1.        Belajar adalah modifkasi atau memperteguh melalui pengalaman (learning is defined as the modification srengthering of behavior trhough experiencing).
2.        Belajar  adalah  suatu  proses  perubahan  tingkah  laku  individu  melalaui interaksi dengan lingkungannya.
Untuk lebih memahami prinsip proses pembelajaran sebaiknya diuraikan proses belajar dan mengajar. Pengertian proses dalam tulisan ini merupakan interaksi semua komponen atau unsur  yang terdapat  dalam belajar  mengajar yang satu sama lain saling berhubungan dalam ikatan mencapai suatu tujuan.

2.        Hasil belajar
            Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, Sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk dalam pemikiran Agus Suprijono (2008: 5) hasil belajar berupa:
a.         Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
b.        Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasekan konsep dan lambing.
c.         Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d.        Keterampilan  motorik   yaitu  kemampuan  melakukan  serangkaian  gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

Menurut Agus Supridjono (2008: 6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),  Application (menerapkan), analysis  (menguraikan, menentukan, hubungan) synthesis (mengorganisasikan,  merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai).

3.        Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
a.         Model pembelajaran kooperatif
            Menurut   Slavin   (1995:   86) mengatakan bahwa Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar. Pada pembelajaran koperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama didalam kelompoknya seperti menjadi pendengar yang baik, memberi penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik,  siswa diberi lembar  kegiatan  yang  berisi pertanyaan atau  tugas yang diajarkan untuk diajarkan.

Terdapat 6 fase dalam model pembelajaran kooperatif. Keenam fase model pembelajaran kooperatif dirangkum dalam tabel berikut :

Tabel 1 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif

Fase
Kegiatan  Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
(Ibrahim dkk,2000: 10)
            Berdasarkan table. 1 di atas langkah utama di dalam model pembelajaran kooperatif yaitu dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tahap  ini  diikuti  dengan  penyampaian  informasi  secara  lisan  atau  dalam bentuk bacaan, selanjutnya dilakukan pengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Tahap selanjutnya guru memberikan bimbingan pada saat siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan secara berkelompok dan dilanjutkan dengan presentasi hasil akhir dari tugas yang diselesaikan  secara  berkelompok  dan  memberikan  penghargaan  terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Uraian  model  pembelajaran  koperatif  diatas  akan  didesain  ulang berdasarkan pembelajaran numbered heads together (NHT) dan pelatihan strategi kognitif, khususnya pada pada fase ke-4 yaitu guru memberikan bimbingan kelompok 6 jam dan menerapkan strategi belajar seperti menggaris bawah, membuat catatan pinggir, berpikir maju, berpikir mundur, berpikir deduktif dan berpikir induktif serta membuat kesimpulan atau ringkasan dari materi yang telah diajarkan.

b.        Kaitan       Model   Pembelajaran numbered        heads   together (NHT) dengan Pembelajaran Matematika.
Model   pembelajar numbered   heads   together   (NHT)  memberikan kesempatan kepada  siswa untuk dapat  melakukan kerja sama dengan anggota kelompoknya dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi. Dalam pembelajaran numbered  heard  together  (NHT)  siswa didorong  untuk  lebih aktif dan setiap pembelajaran yang dilakukannya pun akan lebih bermakna. Hal ini  juga  dikemukakan  oleh Lie, Anita (2003:68).Mereka dapat  berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing. Lie, Anita, (2003:31) menyatakan bahwa      ada lima unsur model pembelajaran kerja sama yang harus diterapkan yaitu:
1)        Saling ketergantungan positif
Dalam interaksi kooperatif ini, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk menciptakan suasana belajar yang saling membutuhkan. Adanya interaksi yang saling membutuhkan ini disebut saling ketergantungan positif.
2)        Tanggung jawab perseorangan
Jika setiap tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3)        Tatap muka
Setiap kelompok  harus diberikan kesempatan untuk bertemu  muka dan  berdiskusi.  Kegiatan  interaksi  ini  akan  memberikan  para  pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
4)        Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan   dan  kemampuan   mereka   untuk   mengutarakan   pendapat mereka.
5)        Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
                                                                                                                                
F.       METODE PENELITIAN
1.        Jenis Penelitian
Penelitian ini jenis penelitian tindakan kelas dimana penelitian yang dilakukan dengan keterlibatan  langsung peneliti dari awal sampai akhir proses pembelajaran.

2.        Subjek Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta  pada tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII. Subjek  penelitian diambil secara acak (random sampling) dari 6 kelas paralel yang bersifat homogen.

3.        Defenisi Operasional Variabel
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu sistem pembelajaran memiliki kelompok asal dan membentuk kelompok ahli dari tiap kelompok untuk mendiskusikan materi kemudian kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan kepada anggotanya masing-masing tentang hasil diskusi dari kelompok ahli.

4.        Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri atas lembar observasi dan tes hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran sampai pada akhir pembelajaran atau evaluasi tiap siklusnya. Kegiatan siklus I terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan,  Observasi dan Evaluasi, dan Refleksi, sedangkan Pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan dari siklus I, yang dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan pada siklus I, hanya saja karena hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I, diperbaiki.
           
5.        Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.    Lembar observasi untuk mengukur aktifitas  siswa dalam proses belajar mengajar.
b.    Tes hasil belajar secara tertulis.
6.        Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Data kuantitatif (berdasarkan hasil tes tiap siklus)
b.    Data kualitatif (berdasarkan lembar observasi aktifitas dan kehadiran siswa di dalam kelas)
c.    Data respon siswa (berdasarkan Angket)

7.        Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara kualitatif  dan   kuantitatif.   Data   hasil   observasi  dianalisis   secara   kualitatif sedangkan hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif  yang  terdiri dari rata-rata (mean),  rentang,  median,  standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh setiap siswa dari tes pada akhir setiap siklus.

Untuk  data  yang   diperoleh  dari  lembar  observasi  dianalisis   secara kualitatif dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan:
PTa = persentase aktivitas siswa untuk melakukan suatu jenis aktivitas
Ta   = jumlah jenis aktivitas yang dilakukan siswa setiap pertemuan.
𝑇    =  jumlah seluruh aktivitas setiap pertemuan
Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa adalah teknik pengkategorian dengan skala lima menurut Widoyoko (2009: 242), yaitu:

Tabel. 2 Kriteria Hasil Belajar
Kriteria Ketuntasan
Kategori
Label
85%-100%
Sangat Baik
A
65%-84%
Baik
B
55%-64%
Cukup
C
35%-54%
Kurang
D
0%-34%
Sangat Kurang
E

8.        Indikator Keberhasilan
Adapun yang  menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar setelah diterapkan model kooperatif tipe NHT yang dapat dilihat dari:
a.         Meningkatnya skor rata-rata hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II.
b.        Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II.
c.         Meningkatnya presentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II apabila terdapat 85 % siswa yang mencapai nilai 75 (kriteria ketuntasan minimal) maka kelas tersebut telah mencapai ketuntasan belajar.




Daftar Pustaka

Degeng. 1998. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Departemen P & K Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Hamalik, oemar.  2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. bumi aksara.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press UNESA

Lie,  Anita.  2010.  Cooperatif  Learning (Memperaktekkan  Cooperatif  Learning  di
Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Riyanto, 2010. Paradigma baru pembelajaran. Jakarta: Kencana

Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
                                                  
Suprijono, Agus. 2008. Cooperative Learning: teori dan Aplikasi Paikem.