RELIABILITAS
A.
Pengertian Reliabilitas
Sumarna (2004:86)
menyatakan bahwa pengukuran merupakan proses untuk memperoleh skor perorangan
hingga attribute yang diukur
benar-benar menggambarkan kemampuan mereka. Reliabilitas atau keajegan suatu
skor adalah hal yang sangat penting dalam menentukan apakah tes telah
menyajikan pengukuran yang baik, dan hal penting yang harus diperhatikan adalah
pengambilan keputusan tentang peserta tes. Dalam hal ini, apabila seseorang
memperoleh nilai berbeda untuk tes yang sama, maka pemberian tanda lulus sangat
bergantung pada tes yang diberikan, yaitu ajeg atau tidak.
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability
yang mempunyai asal kata rely yang artinya percaya dan reliabel yang
artinya dapat dipercaya. Menurut Arief Furchan
(2011: 310) Reliabilitas suatu alat pengukuran adalah derajat keajegan alat
tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Sugiyono
(2011: 173) Instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama.
Suatu tes dikatakan reliabel apabila instrumen
diberikan pada subjek yang relative sama dalam waktu yang berbeda, kondisi yang
relatif sama dan hasilnya secara statistik relatif sama. Secara empirik,
tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien
reliabilitas. Soal (perangkat soal) yang valid pasti reliabel, tetapi soal yang
reliabel belum tentu valid. Oleh karena itu soal yang valid secara teoritis,
juga sudah reliabel (andal) secara teoritis. Dengan demikian soal buatan guru
yang sudah disusun melalui kisi-kisi, sudah valid secara teoritis juga sudah
reliabel secara teoritis. Reliabilitas empiris soal juga dihitung dengan teknik
statistik, yaitu dengan cara korelasi. Angka korelasi yang diperoleh dengan
cara ini disebut koefisien reliabilitas atau angka reliabilitas (r11
atau rtt) soal. Soal yang baik adalah soal yang mempunyai koefisien
reliabilitas lebih dari sama dengan 0,70.
Reliabilitas empiris soal dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Koefisien Stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas yang
diperoleh dengan cara uji coba ulang (test-retest) yaitu dengan
memberikan ujian dengan suatu soal kepada sekelompok individu kemudian mengujikan
kembali soal tersebut pada kelompok sama pada waktu yang berbeda. Besarnya
reliabilitas soal dihitung dengan mencari product moment antara skor
hasil uji pertama dengan skor hasil uji kedua.
b.
Koefisien Ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis reliabilitas yang
diperoleh dengan cara menguji cobakan dua soal yang paralel pada kelompok sama
dan waktu yang sama (equivalence forms method, parallel form method, atau
alternate forms method). Jadi dalam hal ini ada dua soal yang paralel,
artinya masing-masing soal disusun tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan
bentuk sama, tingkat kesukaran sama, waktu serta petunjuk untuk
mengerjakan soal juga sama. Skor hasil uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus product moment untuk menghitung koefisien
ekuivalen.
c.
Koefisien Konsistensi Internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency) adalah reliabilitas yang diperoleh
dengan cara mengujicobakan suatu soal dan menghitung korelasi hasil uji coba
dari kelompok yang sama. Ada tiga cara untuk memperoleh reliabilitas jenis ini
yaitu; cara belah dua (split half method), cara Kuder Richardson 20 atau
Kuder Richardson 21, dan cara Cronbach khusus untuk soal uraian.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Reliabilitas Instrumen
Faktor utama yang
berpengaruh terhadap reliabilitas adalah adanya perbedaan individual, yang bisa
bersifat permanen maupun sementara, seperti kelelahan, menerka, maupun pengaruh
latihan. Menurut Thorndike sebagaimana dikutip Sumarna (2004: 87) menyajikan
enam factor penyebab terjadinya perbedaan skor, yaitu:
1. Karakteristik
umum yang permanen peserta tes, meliputi:
a. Kemampuan
yang dimiliki peserta didik dalam menghadapi tes
b. Kemampuan
umum dan teknik yang digunakan ketika mengambil tes
c. Kemampuan
umum memahami petunjuk tes
2. Karakteristik
khusus yang permanen peserta tes, meliputi:
a. Khusus
yang berkaitan dengan tes secara keseluruhan, yakni:
1)
Kemampuan peserta didik
yang berkaitan dengan atribut yang diukur dalam sebuah tes
2)
Pengetahuan dan
kemampuan khusus yang berkaitan dengan soal
3)
Keajegan respon peserta
didik terhadap pilihan jawaban
b. Khusus yang berkaitan dengan soal
1)
Pengetahuan khusus yang
berkaitan dengan fakta atau konsep khusus
2)
Pengetahuan dan
kemampuan khusus yang berkaitan dengan soal
3. Karakteristik
umum yang temporer, seperti kesehatan, kelelahan, motivasi, gangguan emosi,
kemampuan umum dan teknik yang digunakan ketika mengambil tes, pemahaman
mekanisme tes, factor panas, cahaya, ventilasi, dll.
4. Karakteristik khusus yang temporer, seperti:
a. Khusus
yang berkaitan dengan tes secara keseluruhan, yaitu:
1)
Pemahaman terhadap
petunjuk khusus
2)
Trik atau teknik –
teknik mengatasi tes
3)
Pengalaman atau latihan
menghadapi tes terlebih lagi dalam tes psikomotor
4)
Kebiasaan menghadapi
sebuah tes
b. Khusus yang berkaitan dengan soal, yaitu:
1)
Fluktuasi ingatan yang
dimiliki peserta didik
2)
Hal – hal yang
berkaitan dengan perhatian dan keakuratan
5. Faktor
penyelenggaraan, yang meliputi waktu, bebas dari gangguan, dan petunjuk yang
jelas, pengawasan, dan penskoran
6. Faktor
yang tidak pernah diperhitungkan, meliputi keberuntungan karena factor menebak
dan mengingat soal yang pernah dilihatnya.
Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien
reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument
evaluasi diantaranya sebagai berikut:
1. Panjang tes, semakin
panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran
diukur.
2. Penyebaran skor, koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi oleh
bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran,
semakin tinggi estimasi koefisien reliabel.
3. Kesulitan tes, tes normatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk
siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
4. Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa
dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarna
Supranata. 2009. Analisis, Validitas,
Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi.2009. Metodologi