CANDI BROBUDUR

BERPIKIR KREATIF

Berpikir merupakan suatu aktifitas mental yang dialami seseorang ketika dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.
Chafee (2012: 4) menyatakan bahwa”thinking is the extraordinary process we use every waking moment to make sense of our world and our lives”. Berpikir adalah suatu proses yang luar biasa kita gunakan pada tiap-tiap momen untuk memahami dunia dan kehidupan kita. Berfikir sebagai aktifitas mental memiliki manfaat untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Setiap manusia memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa kemampuan berpikir tidak dapat dikembangkan. Berikut beberapa definisi berpikir menurut Ibrahim dan Nur (2000: 8) bahwa:
1.Berpikir adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.
2.Berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) objek nyata dan kejadian-kejadian dan penggunaan pernyataan simbolik itu untuk menemukan prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian itu.
3.Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.
Selanjutnya Suryabrata (2002: 54) menyatakan bahwa “berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya”. Dengan demikian, berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan guna memperoleh penemuan baru.
Penggunaan istilah berpikir kreatif dan kreativitas seringkali dihubungkan dalam setiap pembahasan baik dalam artikel maupun sumber bacaan lain. Istilah berpikir kreatif dan kreativitas pada dasarnya berhubungan secara konseptual, namun keduannya tidak sama persis. Menurut Johnson, E. B (2010: 214) berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Puccio (2012: 16) menyatakan bahwa “creativity and creative thinking, specially, are the adaptive skill that will enable us to grow with change, as well as to drive it”. Kreativitas dan berpikir kreatif secara khusus, merupakan gambaran kemampuan yang akan digunakan untuk tumbuh dengan perubahan yang baik.
Kreativitas merupakan gambaran umum dari kemampuan seseorang mengeluarkan ide-ide yang belum pernah dilakukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Venon (Shields, 2013: 235)  menyatakan bahwa “creativity means a person’capacity to produce new or original ideas, insights, restructuring, inventions, or artistic object, which are accepted by experts as being of scientific, aesthetic, social, or technological value”. Kreativitas diartikan sebagai kapasitas dari ide asli seseorang, yang diterima oleh ahli ilmu pengetahuan, sosial, atau tekhnologi. Selaras dengan itu Crow dan Crow (1984: 447) menyatakan bahwa berpikir kreatif berarti melibatkan diri dalam proses mental yang sama dan dipergunakan dalam bentuk berpikir lain yang meliputi bidang-bidang penangkapan, asosiasi dan penangkapan kembali. Tugas utama mental dalam hal ini adalah menerima, mengingat, memberi analisa kritik dan mempergunakan hasilnya dalam pemecahan masalah. Kreativitas menurut Maite & Laura (2011: 609)”creativity is the capacity to create, to produce new things” artinya kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan, untuk menghasilkan hal-hal baru.
Berpikir kreatif dapat pula diartikan sebagai berpikir terbuka, hal ini didukung oleh pendapat Munandar (2009: 40) bahwa berpikir kreatif disebut juga berpikir divergen atau kebalikan dari berpikir konvergen. Berpikir divergen yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada jumlah dan kesesuaian. Sebaliknya berpikir konvergen yaitu berpikir untuk memberikan satu jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan. Menurut Meador (1997: 2) bahwa “divergent thinking result as students modify an existing or answer, formulate a new idea, or combine exixting ideas in a new way”. Berpikir divergen merupakan hasil siswa memodifikasi/menjawab produk yang sudah ada atau merumuskan ide baru, atau menggabungkan ide-ide yang ada dengan cara baru.
Kreativitas merupakan hasil dari berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Costa (2001: 85) bahwa kreativitas merupakan produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berpikir kreatif, dan lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya berpikir kreatif. Hal ini diperkuat oleh Gulford (Santrock, 2009: 21) yang membedakan antara pemikiran konvergen, yang menghasilkan satu jawaban benar dan yang merupakan karakteristik dari jenis pemikiran yang dibutuhkan pada ujian konvensional dengan pemikiran divergen yang menghasilkan banyak jawaban terhadap pertanyaan yang sama dan yang lebih merupakan karakteristik kreativitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa rancangan dari sekolah dan ruang kelas dapat mempengaruhi bahkan mendorong kreativitas murid, yakni lingkungan sekolah yang mendorong kerja mandiri, merangsang tetapi tidak mengalihkan perhatian dan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan siswa.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah suatu proses mental yang digunakan seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan guna memperoleh penemuan baru. Dalam proses tersebut terjadi penggabungan ide-ide yang sebelumnya belum pernah dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi yang dapat dilakukan dengan banyak solusi, sehingga dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat berkembang melalui masalah-masalah terbuka atau divergen.
a. Fungsi atau Manfaat Berpikir Kreatif
Menurut Santrock (2009: 23) bahwa orang kreatif tidak takut gagal atau salah dalam melakukan sesuatu. Orang orang-orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah baru dengan cepat, tetapi mereka juga mempelajari cara menyelesaikan masalah serupa secara otomatis, sehingga pikiran mereka bebas untuk menangani masalah-masalah lain yang membutuhkan wawasan atau kreativitas.
Kemampuan berpikir kreatif siswa selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan guna pemecahan masalah-masalah yang dihadapi, berpikir kreatif juga mampu memberikan kepuasan dalam diri siswa karena merasa apa yang dipelajari dapat bermanfaat atau bermakna dalam kehidupannya.
b. Ciri-ciri Siswa Berpikir Kreatif
Perkembangan berpikir kreatif peserta didik merupakan perubahan yang sangat mendasar dalam proses pembelajaran. Menurut Adair (2007: 7),
your task as a creative thinker is to combine ideas or element that already exist. If the result is an unlikely but valuable combination of ideas or things that hitherto were not thought to be linked, than you will be seen as a creative thinker.
Tugas sebagai pemikir kreatif adalah untuk menggabungkan ide-ide atau unsur-unsur yang sudah ada. Jika hasilnya tak seperti yang diharapkan namun merupakan kombinasi ide-ide yang berharga atau hal-hal yang sampai sekarang tidak terpikir untuk dikaitkan cara-cara berpikir waktu lampau, maka hanya akan dipandang sebagai seorang pemikir kreatif saja.
Menurut Alvino (Cotton, 1991: 3) berpikir kreatif memuat empat komponen yaitu: kelancaran (fluency), fleksibel (flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).
a. Kelancaran (fluency)
Aspek kelancaran merujuk pada kemudahan menghasilkan ide atau menyelesaikan masalah. Contoh siswa dapat menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam solusi dan jawaban.
b. Fleksibel (flexibility)
Keluwesan/fleksibel merujuk pada kemampuan untuk meninggalkan cara berpikir lama dan mengadopsi idea tau cara berpikir baru. Contoh siswa menyelesaikan masalah dalam satu cara kemudian dalam cara lain siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian.
c. Keaslian (originality)
Keaslian/kebaruan merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang tidak biasa. Contoh siswa memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode yang baru dan berbeda.
d. Elaborasi (elaboration)
Keterincian/elaborasi merujuk pada kemampuan individu untuk memberikan penjelasan secara rinci dan runtut terhadap ide yang diberikan. Contoh siswa dapat mengembangkan atau memperkaya gagasan siswa lain, dan menambahkan atau memperinci suatu gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut.
Selain itu Olson (1980: 1) menyatakan bahwa
kreativitas terdiri dari dua unsur yaitu kefasihan dan keluwesan. Kefasihan ditunjukkan oleh kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancer dan cepat. Keluwesan pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tingkat berpikir kreatif dalam matematika didasarkan pada produk berpikir kreatif siswa yang terdiri dari tiga komponen, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan masalah. Tingkat berpikir kreatif ini menekankan pada pemikiran divergen dengan urutan tertinggi (aspek yang paling penting) adalah kebaruan, kemudian fleksibilitas dan yang terendah adalah kefasihan. Kebaruan merupakan aspek yang paling penting karena merupakan ciri utama dalam menilai suatu produk pemikian kreatif, yaitu harus berbeda dengan sebelumnya dan sesuai dengan permintaan tugas. Fleksibilitas ditempatkan pada aspek penting selanjutnya karena menunjukkan pada produktivitas ide (banyaknya ide-ide) yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas. Kefasihan lebih menunjukkan pada kelancaran siswa memproduksi ide berbeda dan sesuai permintaan tugas. Meador (1997: 1) menyatakan bahwa “fluency is the ability to produce a quantity of ideas, answers, or problem solution” yang artinya kefasihan adalah kemampuan untuk menghasilkan kuantitas ide, jawaban, atau solusi masalah.
Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan berpikir kreatif matematika dalam penelitian ini didasarkan pada produk berpikir kreatif siswa yang terdiri dari tiga komponen yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.
c. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif
Menurut Worthington (Mahmudi, 2010: 4), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang merepresentasikan proses berpikir kreatifnya. Sementara menurut McGregor (Mahmudi, 2010: 4), mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dapat pula dilakukan dengan mendasarkan pada apa yang dikomunikasikan siswa, secara verbal maupun tertulis. Apa yang dikomunikasikan siswa tersebut dapat berupa hasil kerja siswa terkait tugas, penyelesaian masalah, atau jawaban lisan siswa terhadap guru.
Siswono (2004: 81) mengatakan bahwa diperlukan pendekatan kognitif untuk mengetahui bagaimana proses berpikir kreatif siswa ketika mengajukan masalah sehingga hal ini dapat memberikan gambaran bagi guru tentang kemampuan berpikir kreatif matematika.
Kesuksesan dalam berpikir kreatif berkaitan dengan kesesuaian solusi dengan masalah yang diselesaikan. Maka dari itu pengukuran berpikir kreatif yang dipergunakan dalam penelitian ini  atau kriteria untuk menilai kreativitas mengacu pada 3 kriteria Silver yaitu kefasihan, felsibilitas, dan kebaruan. Silver (1997: 76) menyatakan bahwa “three key components of creativity assessed by the TTCT are fluency, flexibility, and novelty”. Tiga kunci komponen kreativitas oleh TTCT adalah kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Kefasihan diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan banyak jawaban yang dibuat dengan benar dalam menyelesaikan masalah. Fleksibilitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda/bervariasi, dan kebaruan diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjawab masalah dengan berbagai jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh siswa.